Perjalanan menuju parkiran sedikit tersendat, rombonganku harus berbagi jalan dengan para pengunjung yang mulai berdatangan menuju Air TerjunSumenep. Sebagian banyak di antaranya adalah remaja perempuan. Aku lupa berapa kali melihat pengunjung terpeleset dan terjerembab di jalan. Mereka menggunakan sepatu layaknya berkunjung ke mal. Tidak jauh dari parkiran, aku dan rombongan anak kecil ini membersihkan badan di pancuran.
“Sudah ada yang jaga parkir!?” Kata Majid keheranan.
“Empat motor dan satu sepeda, berapa pak?” Tanyaku.
“20 Ribu, mas. Sepeda tidak usah bayar parkir.”
Kusodorkan uang 50ribuan, dan mengambil kembalian. Anak-anak desa setempat tak mengira akan dikenai parkir pun bernapas lega.
“Sepedanya tinggal sini saja, mas. Kita naik motor bareng ke Dung Paso,” Usul Faiz.
“Oke, tapi aku nggak berani di depan. Jalannya menakutkan,” Ujarku angkat tangan.
Kuambil sepeda dan kembali menitipkan pada bapak yang jaga parkir. Kami berdelapan melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Dung Paso yang tidak jauh dari Air TejunSumenep, Air Terjun Dung Paso ini berada di dukuh Kedawung, Somosari, Batealit. Jarak dari tempat parkir menuju Air Terjun Dung Paso sekitar 1km, tapi jangan salah; walau hanya segitu namun harus ditempuh rentang waktu lebih lama. Jalan setapak, rusak, licin, berlubang; dan jika ada dua motor berpapasan harus berhenti salah satu menjadi kendala sendiri. Untuk sampai di tempat parkir yang telah disediakan, banyak kendaraan yang harus terperosok di lubang, atau malah jatuh berkali-kali seperti motor yang dikendarai Tabah & Faiz.
![Ini jalan utama ke Air Terjun Dung Paso Batealit, Jepara Ini jalan utama ke Air Terjun Dung Paso Batealit, Jepara]() |
Ini jalan utama ke Air Terjun Dung Paso Batealit, Jepara |
Selama perjalanan aku berhenti, mengangkat sepeda yang rodanya terperosok dan tidak bisa jalan, bahkan dua kali mengangkat berbarengan motor Tabah yang terjatuh. Tak terelakkan tanah merah berlumpur mengotori kaosku. Sepanjang perjalanan banyak wisatawan yang sengaja berjalan kaki menghindari insiden seperti yang terjadi pada kami. Bahkan di sini juga aku harus merelakan sandalku putus. Sehingga sampai balik ke Jogja aku harus memakai sandal yang rusak.
Air Terjun Dung Paso Somosari, Batealit dalam satu bulan terakhir ini sedang booming. Ini sebabnya aku menyempatkan berkunjung ketika sedang di Jepara. Sesampai diparkiran; di sana sudah banyak motor. Sebuah jembatan kecil terbuat dari bambu menjadi jalan penyeberangan. Aku melihat di aliran sungai sudah banyak orang yang mandi/bermain air. Sementara di tepian juga beberapa pengunjung yang duduk santai seraya menikmati suasana alam yang masih asri. Air masih sangat bening, sehingga tak sungkan orang merendamkan badannya untuk mandi di sini. Teman serombonganku tak mau kalah; sebagian masih berdebat akan mandi di bawah atau di sini, sebagian lagi sudah membuka baju dan mandi seperti yang dilakukan oleh Faiz.
![Aliran sungai yang digunakan untuk bermain air Aliran sungai yang digunakan untuk bermain air]() |
Aliran sungai yang digunakan untuk bermain air |
“Jangan ke tengah, Iz. Dalam itu,” Teriakku dari atas bebatuan.
“Tenang, mas. Faiz bisa renang kok,” Sahut lainnya.
![Faiz berennag di aliran air yang agak bawah Faiz berennag di aliran air yang agak bawah]() |
Faiz berennag di aliran air yang agak bawah |
Debat antar serombongan kecilku berakhir, kami memutuskan untuk mandi di air terjun yang ada di bawah. Menyusuri jalan darurat yang hanya setapak, kami sampai di ujung tebing. Dari atas terdengar teriakan orang-orang di bawah sedang main air. Kulongokkan kepala seraya memegangi salah satu batang kayu, sebuah air terjun yang diapit dinding tebing terlihat. Tak kulihat orang di bawahnya, tapi suaranya sangat riuh. Sementara banyak orang di atas tebing yang memandang ke bawah.
![Air Terjun Dung Paso yang diapit dua tebing Air Terjun Dung Paso yang diapit dua tebing]() |
Air Terjun Dung Paso yang diapit dua tebing |
Hati-hati aku menuruni tebing, ada batang kayu yang sudah mati dipakai sebagai titian turun, selain itu kaki juga harus bisa memilih mana batu yang tidak licin. Sedangkan di bawah aliran air sangat deras. Sampai di bawah, aku berada di antara dua tebing panjang yang lebarnya hanya sekitar 3 meter. Air di sini setinggi paha, aku harus menginjak bebatuan agar tidak terjerembab ke dalam air yang lebih dalam karena membawa kamera. Dari sinilah asal muasal teriakan orang yang terdengar di atas, para pengunjung berkumpul menjadi satu di tebing-tebing. Secara bergantian mereka loncat ke tengah. Menurut warga setempat, kedalaman yang di tengah lebih dari lima meter. Sedangkan di ujung sana air terjun terlihat deras, di atasnya adalah tempat pemandian yang tadi aku abadikan. Benar-benar indah pemandangannya di sini.
“Kalau di sini hanya sedalam pinggang saja, mas. Kameranya dibungkus plastik saja biar tidak basah,” Seorang pemuda setempat memberi saran padaku.
Aku mengiyakan, tas dan kaos kutaruh di tepian sungai bersatu dengan tas pengunjung lain. Dari teman-teman baru inilah, aku mendapatkan informasi mengenai perihal ditemukannya Air Terjun Dung Paso. Aku melangkah mendekati pengunjung yang bergantian meloncat seraya memegang akar yang menjulang dari pohon. Sekilas mereka melakukan seperti aksi yang sering dilakukan oleh Tarzan. Dari tebing bebatuan, dipegangnya tuas akar alami tersebut, lalu mereka meloncat ke tengah dan melepaskan pegangan. Air Terjun Dung Paso memang menyuguhkan pemandangan yang indah. Tebing-tebing bebatuan tampak mengkilap basah. Sementara itu para pengunjung masih antusias antri agar bisa bergelantungan serta menghempaskan tubuhnya ketika sudah di tengah.
![Bergelantungan tuas akar pohon/dahan Bergelantungan tuas akar pohon/dahan]() |
Bergelantungan tuas akar pohon/dahan |
Tidak hanya itu saja, ada pengunjung yang lebih ekstrim lagi. Dari atas, tempat kami lewat untuk sampai di bawah sini terdengar teriakan agar pengunjung yang di bawah tiak bergelantungan dulu. Dalam sekejab kulihat orang terjun bebas dari ketinggian antara 7 meter. Byurrrr!!! Tubuhnya menghujam ke bawah mirip anak panah disertai teriakan panjang. Untuk sejenak aku terhenyak tanpa bisa mengabadikan momen yang cepat tersebut. Belum selesai kagetku, kembali dari atas ada lagi yang terjun bebas tanpa menggunakan pengamanan life jacket.
![Ada yang berani? Hemm mendingan jangan deh :-D Ada yang berani? Hemm mendingan jangan deh :-D]() |
Ada yang berani? Hemm mendingan jangan deh :-D |
“Gilak!! Nekad banget, kalau aku sudah pasti tidak berani,” Ujarku pada pengunjung sebaya denganku di samping.
“Main gelantungan itu sudah mainstream, mas. Di sini orang-orang sudah terbiasa terjun seperti tadi.” Jawabnya tertawa.
Bagi pengunjung yang sudah terbiasa terjun bebas ke bawah itu merupakan sensasi yang laur biasa. Tapi jangan sekali-kali kalian coba bagi yang belum lihai berenang, atau sudah lihai berennag tapi kurang mantap. Lebih baik urungkan niat, dan main berenang seperti yang aku lakukan saja. Sesaat kemudian aku menaiki tebing dan mengabadikan mereka yang sedang antri main gelantungan. Aku menghampiri Didin, salah satu rombonganku yang tadi ketemu di Hutan Pinus. Kukalungkan kamera yang masih terbungkus plastik padanya.
“Tolong aku nanti dipoto ya, pas lagi main air,” Ujarku seraya menunjukkan tombol yang nantinya ditekan.
“Siap, mas.”
![Akhirnya main air lagi, basah lagi :-D Akhirnya main air lagi, basah lagi :-D]() |
Akhirnya main air lagi, basah lagi :-D |
Aku menuju aliran air yang dalamnya setinggi dada. Kemudian berenang ke dekat Didin yang siap mengabadikanku. Didin tak merasakan kesulitan untuk mengabadikanku. Di sini, aku bermain air sepuasnya. Kembali berenang, tapi tidak berniat untuk ikut bergelantungan seperti yang kebanyakan pengunjung lakukan. Nyaliku terlalu lemah dalam hal-hal seperti itu. Walau aku bisa berenang, dan anak pantai; namun aku tak terbiasa berenang di air tawar. Kalaupun berenang di air tawar itu pasti di kolam renang.
Lama aku menikmati suasana di Air Terjun Dung Paso. Berbincang dengan pengunjung lain yang sebagian besar juga baru kali pertama mengunjungi destinasi wisata ini, lalu bergantian memakai pelampung (ban dalam mobil) yang disewakan. Tanpa lupa, aku pun mengabadikan diri bareng teman-teman kecilku ataupun dengan teman yang tadi sempat ngobrol panjang lebar denganku di sini.
![Bersama rombongan kecil lagi di aliran sungai Bersama rombongan kecil lagi di aliran sungai]() |
Bersama rombongan kecil lagi di aliran sungai |
![Ini teman-teman baru yang ngobrol di Air Terjun Dung Paso Ini teman-teman baru yang ngobrol di Air Terjun Dung Paso]() |
Ini teman-teman baru yang ngobrol di Air Terjun Dung Paso |
Disadari atau tidak, Jepara mempunyai destinasi wisata yang beragam. Dari pantai, goa, bahkan air terjun. Dung Paso adalah air terjun yang baru dikenal, akses jalan untuk ke sini pun sangat sulit. Bukan masalah jarak yang jauh; tapi jalan yang terjal serta setapak. Jika musim hujan, jalan ini bakal lebih licin dan sangat susah dilewati kendaraan bermotor. Semoga warga setempat dapat membangun jalan dengan bantuan pihak yang terkait. Jika akses jalan bisa lebih baik, bukan mustahil Air Terjun Dung Paso, Air TerjunSumenep, dan air terjun lainnya yanga da di Batealit bisa menjadi objek wisata alam seperti halnya Air Terjun Songgolangit yang sudah lebih awal dikenal. Harapannya juga tempat ini tetap bersih dan tidak berserakan sampah. Oya, akan lebih menarik jika di Air Terjun Dung Paso dibuat untuk berkanyoning. Karena tebing-tebinh bebatuan yang menghimpit air terjunnya cukup tinggi dan layak dipergunakan untuk berkanyoning.
Dengan berat hati, aku meninggalkan Air Terjun Dung Paso. Kami bergegas meninggalkan tempat ini karena melihat langit mulai mendung. Takutnya, kalau terkena hujan, motor yang dikendarai oleh anak-anak rombonganku kesulitan untuk dinaiki. Terima kasih untuk anak-anak (Tabah, Majid, Robi, Dila, Eko, Hakim, dan Faiz) yang sudah menjadi pemanduku dadakan selama di Batealit. Mengantarkanku sampai bisa melihat keindahan Air TerjunSumenep dan Air Terjun Dung Paso. Terima kasih untuk teman-teman lainnya yang selama di Dung Paso berbagi cerita denganku; dan tentunya terima kasih pada sepupuku yang telah menyediakan sepeda tiap aku ke Jepara. Semoga wisata di Jawa Tengah makin Gayengseperti slogan Jawa Tengah “Jateng Gayeng”. *Kunjungan ke Air Terjun Dung Paso, Somosari, Batealit, Jepara ini pada hari Minggu, 07 Februari 2016.