![]() |
Bir Pletok dan Biji kopi di Rumah Lama Kopi |
Obrolan seru di Whatsapp Grup sempat kulewatkan. Mereka berencana ngopi di Omah Sor Sawo. Hingga akhirnya berkumpul empat orang; Aqied, Ucil, Ardian, dan Ajeng. Aku sendiri masih bergelut dengan aktivitas yang lain.
“Sitam yakin nggak ke sini?” Sebaris pesan berusaha memastikanku.
“Habis magrib kususul.”
Kurun waktu sepekan, kami sering kumpul. Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan bersama. Kalau bukan urusan blog, biasanya ngobrol santai. Tentu saja lebih banyak ngobrol ngalor-ngidul tanpa arah.
Selepas salat magrib aku segera menyusul naik ojek online. Sempat bingung mencari lokasinya, namun akhirnya ketemu juga. Hotel Omah Sor Sawo berada di Jalan Taman Siswa No.25, Wirogunan, Mergangsan.
Aku kira nama Omah Sor Sawo adalah penginapan sekaligus kedai kopi, nyatanya tidak. Kedai tempat teman berkumpul adalah Rumah Lama Kopi. Kedai ini berbentuk rumah Limasan dan berada tepat di depan halaman penginapan.
![]() |
Rumah Limasan tempat kedai kopi |
Tempatnya masih sepi. Kursi dan meja tertata rapi, serta masih kosong. Di sudut ruangan terdapat rak buku dengan berbagai koleksi. Temanku yang sedari sore di sini duduk di kursi dekat barista.
“Kok nggak asing ya,” Ujarku sembari tertawa kala disambut lelaki pemilik kedai.
Mereka tertawa, ya beliau adalah sosok yang pernah kami temui di kedai yang lain. Sekarang Mulai merintis kedai kopi di sekitaran jalan Taman Siswa.
Rumah Lama Kopi mempunyai slogan Panggonan Ngopi (tempat ngopi) baru diresmikan sejak tanggal 18 April 2018. Tempat ini belum dikenal khalayak umum karena pemiliknya memang belum sepenuhnya melakukan promosi.
Tujuan utama kedai ini adalah menghadirkan suasana minum kopi yang teman dan nyaman. Sedikit berbeda dengan kedai lainnya yang cenderung membuat konsep modern. Di sini kesan pertama yang kudapat adalah lawas.
![]() |
Berbagai jenis kopi yang tersedia di meja barista |
Kesan lawas kurasakan karena berada di rumah Limasan dengan sebagian besar dinding terbuka, serta memilihan meja dan kursi yang semuanya terbuat dari kayu dengan corak yang mirip warna rumah Limasan.
“Minuman nonkopi enaknya apa ya? Lagi flu,” Celetukku.
“Coba Bir Pletok, kali aja enak.”
Aku baca menu yang bertulisakan Racikan Lawas. Ada tiga pilihan; Bir Pletok, Ki Ageng Pandan Arang, dan Jahe Susu. Pilihanku jatuh ke Bir Pletok, sepertinya menggoda. Selain itu di sini juga ada pilihan minuman kopi, pun dengan makanan.
“Mas, Bir Pletoknya satu.”
“Aku pesan Ki Ageng Pandan Arang,” Sahut Aqied.
![]() |
Daftar menu kopi di Rumah Lama Kopi |
Bergegas Mas Baristanya menyiapkan bahan-bahan yang harus digunakan. Aku sendiri menunggu sembari berbincang dengan teman yang lain. Aku juga sempat menyicipi minuman yang dipesan Ardian. Aku lupa nama minumannya, yang jelas rasanya ada semacam rempah.
Aku masih penasaran kenapa Mas Lukas (orang yang kubilang tidak asing) membuat konsep kedai agak kuno. Terlepas disesuaikan dengan bangunannya, tentu dia mempunya misi sendiri. Disebutkan bahwa target beliau yang ke sini adalah rombongan keluarga, atau orang-orang dewasa yang suka suasana nyaman/tidak riuh.
![]() |
Barista di kedai Rumah Lama Kopi |
Minuman sudah datang, seorang pramusaji menyerahkan pesanan kami. Aku kira minumannya dikemas dalam gelas kaca. Nyatanya menggunakan kendi berukuran tanggung, sebuah cangkir lengkap dengan alasnya. Semua terbuat dari tanah liat.
Kuseduh Bir Pletok-nya, seperti ada rasa serai dan jeruk nipis. Aku pikir sereinya itu karena dalam penyajiannya terdapat batang serai dan irisan jeruk nipis. Ternyata rasa serai itu karena air yang digunakan sejak awal diberi batang-batang serai hingga mendidih.
“Enak ini mas, apa saja bahannya, mas?” Aku penasaran.
Mas Lukas tersenyum, tidak diucapkan secara detail bahan yang digunakan. Seingatku ucapannya menerangkan bahwa Bir Pletok ini bisa dinikmati panas atau dingin dan bahannya dipetik dari kebun Simbah.
![]() |
Wedang Ki Ageng Pandan Arang pesanan Aqied datang |
Jawaban yang membuatku geleng-geleng kepala sembari tertawa. Tapi seduhan Bir Pletok ini membuat flu-ku berkurang; benar-benar menyenangkan dapat menikmati wedang dengan rasa yang pas di lidah.
Jika aku lihat di referensi, Bir Pletok terbuat dari bahan-bahan seperti; Kayu Manis, Batang Serai, Jahe, dan Kayu Secang. Pembuatannya Jahe dikupas dan dimemarkan, berbarengan dengan rempah lainnya, dan dimasukkan ke dalam air yang mendidih.
Jika ingin mencoba menyeduh sajian resep minuman tradisional bisa di sini. Pun dengan paduan Espresso Based dengan ekstrak rempah. Katanya sih itu menjadi minuman andalan di Rumah Lama Kopi.

![]() |
Kendi dan cangkir Wedang Bir Pletok |
Malam makin larut, sebagian besar teman sudah pulang; tinggal aku, Aqied, di temani Mas Lukas. Beliau bercerita banyak terkait kopi. Aku menjadi pendengar yang baik, sesekali ikut menimpali obrolannya.
Benar adanya jika Jogja sudah marak ditemukan kedai kopi modern. Ruangan sempit semacam ruko dibuat sedemikian rupa agar menarik. Menurut Mas Lukas, dia sengaja membuat konsep seperti ini agar tiap pengunjung bisa menikmati dan berinteraksi.
Karena dari secangkir kopi maupun wedang lainnya, ditambah dengan cerita kita dapat menjadi saudara. Sebelum kami pulang, kami disuguhi minuman lainnya; lagi-lagi lidah awam ini diuji Mas Lukas untuk mengomentari minumannya, termasuk kekurangannya. *Kedai Rumah Lama Kopi; Minggu, 13 Mei 2018.