Quantcast
Channel: Nasirullah Sitam
Viewing all articles
Browse latest Browse all 749

Memotret Sunrise dan Siluet Candi Prambanan

$
0
0
Di tahun 2016 ini aku mulai latihan memotret, berbekal kamera mirroles Nikon J3; aku mencoba mencari tempat-tempat yang sejatinya bisa dijadikan objek berfoto. Tidak banyak pengetahuanku tentang dunia fotografer, hanya sekedar mengabadikan dan kemudian menjadi kepuasan sendiri saat berhasil memotret. Apapun itu hasilnya hasilnya, jelek, lumayan, bagus, itu nggak kupikirkan.

“Waduh jam 5,”Ujarku sendiri agak kelabakan. Padahal hari ini aku rencananya ingin mengabadikan sunrise di sekitar Candi Prambanan. Aku sudah menghitung waktu yang akan kutempuh jika naik sepeda, sekitar 35 menit dari kos. lima belas menit pertama aku gunakan untuk mengumpulkan tenaga, menghilangkan rasa kantuk dan sholat subuh. Tepat pukul 05.15 wib, aku menyusuri jalan Solo yag sedikit gelap menuju Prambanan. Kulihat gumpalan awan tidak terlalu tebal, namun cukup cerah pagi ini. Sehingga semakin bersemangat aku mengayuh pedal sepeda. Dari kejauhan rona kemerahan mulai tampak dari balik bukit. Aku mulai mengatur ritme kayuhan karena kaki mulai merasakan capek.

Lokasi tujuan sudah dekat, aku di area Candi Sari terus mengayuh sepeda, berkejaran dengan waktu agar dapat mengabadikan sunrise. Cahaya keemasannya semakin jelas, dan ini menandakan sebentar lagi cahaya tersebut berpendar diikuti mentari terbit. Sepeda kubelokkan ke arah kiri, menyusuri sepanjang jalan dekat Ramayana Ballet; terus melaju sampai di Jembatan yang menghadap ke Candi Prambanan. Perkiraanku salah, ternyata mataharinya tidak tepat di atas candi, malah tertutup oleh dedaunan sisi kirinya.
Moment sunrise di area Candi Prambanan
Moment sunrise di area Candi Prambanan
“Pak, kalau mau masuk ke sana lewat mana, ya?” Tanyaku ke seorang bapak yang berjualan Angkringan dekat Jembatan.

“Lewat Ramayana Ballet, mas.”

Aku berputar balik menuju arah Ramayana Ballet. Sebelumnya mengucapkan terima kasih pada bapak yang berjualan Angkringan. Di sekitar tanah lapang dekan jembatan ini ada sekelompok siswa yang sedang berkemah. Keriuhan pun terdengar sampai sisi jalan. Setibanya di pintu masuk Ramayana Ballet, pagar pintu hanya terbuka sedikit. Aku menuntun sepeda, dan menghampiri petugas yang berjaga meminta ijin masuk.

“Silakan, mas,”Jawab bapak dari atas motornya.

Aman, bergegas aku sedikit melaju kencang di dalam area ballet ini. masih sepi, hanya aku sendirian saja. Belum ada orang lain yang bermain di sini. Sepeda kuarahkan ke sisi kiri melewati jejeran pepohonan dengan jalur setapak. Sampai akhirnya pada hamparan rumput hijau di antara pepohonan yang rindang. Dari sini tampak Candi Prambanan dengan jelas berwarna siluet karena di belakangnya cahaya mentari sedang ingin merangkak naik. Kubidik beberapa kali gambar seraya memainkan pencahayaan kamera. Membuat sang bidikan menjadi lebih terlihat siluetnya. Tidak hanya itu, cahaya mentari pun masih terlihat kekuningan. Warna khas ketika mentari ingin terbit. Sangat indah untuk terus dipandang.
Memainkan cahaya pencerahan dan membidik sunrise di Candi Prambanan
Memainkan cahaya pencerahan dan membidik sunrise di Candi Prambanan
Memainkan cahaya pencerahan dan membidik sunrise di Candi Prambanan
Lambat laun mentari mulai naik, cahaya kekuningan mulai pudar. Dari kejauhan Candi Prambahan malah lebih eksotis. Terlihat lebih gagah karena dari belakang terpancar cahaya terang mentari. Namun gumpalan awan membuat mentari tak bisa leluasa memperlihatkan bentuknya. Hanya kilauan warna yang menerobos di antara gumpalan awan tipis. Cahaya tersebut menerobos sampai ke bumi. Aku beranjak dari tempat dudukku, bergeser lebih dari lima langkah, mencari tempat yang membuat mentari tepat di belakang candi. Dari sini sebuah pemandangan yang indah kudapatkan. Aku rasa, aku bisa memotret siluet dengan bagus di sini. Mentari tertutup awan tipis, dan sinarnya terhalangi oleh candi. Mainkan, jepret! Jepret!
Siluet Candi Prambanan
Siluet Candi Prambanan
Siluet Candi Prambanan
Beruntunglah pagi ini lumayan cerah, sehingga aku dengan leluasa dapat memotret moment sunrise (walau agak terlambat). Aku diam duduk dihamparan rumput bersandarkan batang pohon. Sesekali harus mengusir semut kecil yang menggigit kulit kakiku. Tanah yang lembab membuat para Semut berkeliaran dan merasa terganggu tapak kakiku, sehingga mereka beramai-ramai menggigit kakiku. Kulihat tidak jauh di sana kesibukan anak-anak yang sedang berkemah, dentangan lagu dangdut memecah kesepian; sesekali diselingi teriakan salah satu Pembina yang mengharapkan para peserta kumpul dan senam pagi bersama.

Aku masih asyik duduk sendirian melihat hasil bidikan kamera, terdengar suara sepeda motor mendekatiku. Beliau ternyata petugas yang berjaga, aku menahan nafas, berusaha santai dan tersenyum seraya menyapa bapak tersebut. Selang berapa menit, beliau kembali. Hembusan nafas panjang itu tandanya semua baik-baik saja. Kuraih tas dan mengambil lensa bawaan yang lebih kecil, aku ingin mengabadikan Candi Prambahan dengan lensa lebih kecil sehingga terlihat lebih jauh. Begitu siap mengabadikan, terdengar suara Pesawat yang terbang di atas. Kucari pesawat tersebut, menahan tombol sampai pesawat tersebut lewat atas candi baru kuabadikan. Benar saja, dari kamera terlihat pesawatnya namun kecil, tanpa pikir panjang langsung abadikan. Beruntung walau kecil tapi terlihat kalau ini adalah sebuah pesawat, terlalu tinggi sih, tapi tidak masalah. Bisa jadi yang terbang ini adalah pesawat pada penerbangan jam pertama di pagi hari. Aku mulai bergeser sejenak, kemudian mengabadikan lagi candi dengan samping sebuah lampu penerangan yang berbentuk bulat.
Selamat Pagi Candi Prambanan
Selamat Pagi Candi Prambanan
Selamat Pagi Candi Prambanan
Siluet selalu menggoda untuk diabadikan, bukan kah seperti itu kenyataannya? Dalam beberapa waktu kurun terakhir, aku suka sekali mengabadikan diri saat sedang siluet. Kombinasi warna hitam han putih membentuk lekukan objek yang secara kasat mata dapat kita lihat bahwa ini sebuah bangunan; manusia, atau benda besi macam sepeda. Tidak hanya itu saja, kita tentu bisa berkreasi sepuasnya tanpa harus tampil rapi, nyentrik, atau apalah. Kan semuanya hanya ada warna gelap dan terang (hitam & putih).

Aku menancapkan tripod di tanah, sesekali memutar lensa agar objeknya pas tidak terlalu kecil maupun besar. Kemudian mengatur pencahayaan, kalaupun tidak seperti itu; aku tancapkan Tripod ini pada kaki yang terpendek, sehingga hanya setinggi 25cm saja, lalu mendongakkan kamera agar objek terlihat dari bawah ke atas, sehingga cahaya semakin gelap, namun langit tetap saja terlihat terang. Beruntungnya, pagi ini awan tidak merata menyelimuti langit; awan membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang terpisah, hanya di beberapa sisi mereka lebih tebal dan pekat. Kuatur setelan kamera 10 detik, lalu mengayuh sepeda dari sini kiri secara perlahan seraya menghitung sampai angka 10. Jika lebih peka, aku mendengar suara jepretan kamera dari jarak tidak lebih 5 meter. Berkali-kali aku lakukan kegiatan seperti ini dari kedua sisi, sampai akhirnya merasa puas dengan dua hasil gambar siluetku bersama sepeda dan berlatar belakang candi.
Siluet bareng sepeda di area Candi Prambanan
Siluet bareng sepeda di area Candi Prambanan
Siluet bareng sepeda di area Candi Prambanan
Usai sudah waktu berburu siluet dan sunrise di area Candi Prambanan. Aku mengemasil tripod dan kamera, memasukkan ke dalam tas. Lalu menuju sepeda dan menaikinya menuju arah tadi saat aku masuk. Di sini (area Ramayana Ballet); banyak orang yang menikmati akhir pekan seaya jogging, sepedaan, atau sekedar duduk bareng keluarga/teman. Aku berhenti dan memarkirkan sepeda di salah satu sudut; bergabung dengan dua orang pesepeda juga yang berasal dari Jangkang & Mutihan, tidak lama kemudian bergabung bapak-bapak warga Bogem ikut gabung, kami ngobrol tentang sepeda, rute, destinasi sepeda, dan lainnya. Tepat pukul 08.00 wib, aku ijin pulang lebih dahulu; target sebelum jam 9 sampai kos pun berjalan dengan baik. “Selamat datang, akhir pekan!”. *Bersepeda mencari sunrise di area Candi Prambanan ini pada hari Sabtu, 23 Januari 2016.
Baca juga tulisan alam lainnya 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 749

Trending Articles