Quantcast
Channel: Nasirullah Sitam
Viewing all articles
Browse latest Browse all 750

Mengabadikan Pemandangan Siluet di Sudut Salatiga

$
0
0
Panorama menjelang sunrise terkena pantulan air kolam hotel
Panorama menjelang sunrise terkena pantulan air kolam hotel

Selama hampir satu minggu ada kegiatan di Salatiga, aku tidak bisa keluar dari penginapan. Tiap pagi sampai sore sudah terjadwal agenda yang harus lakukan. Tiap selesai kegiatan, waktu sudah sore, bahkan menjelang magrib. Hanya beberapa hari kegiatan selesai lebih cepat, sehingga dapat kusempatkan bermain panahandi hotel.

Eksplor tiap sudut hotel sudah aku lakukan di awal menginap, akhirnya aku hanya berkutat dengan buku bacaan di kamar. Kadang cuaca mendukung untuk tidak keluar kamar. Salatiga merupakan salah satu kota yang sejuk, sehingga membuat aku menjadi lebih berat di kamar daripada keluar.

Di area hotel, tidak ada kedai kopi ataupun tempat yang asyik buat nongkrong kala malam hari. Hotel ini jauh dari tenmpat keramaian. Cukuplah setiap malam aku berbicang santai bersama teman sekamar, atau meluangkan waktu duduk di resto sembari menikmati malam.

Agenda-agenda pribadi yang sudah tersusun pada daftar mulai kucoret satu persatu. Tinggal waktu mengabadikan sunset dan sunrise yang belum terlaksana. Aku putuskan sore nanti mengabadikan senja dari depan hotel. Tepatnya di dekat miniatur kincir yang ada di depan lobi hotel.

Menjelang sore aku menatap ufuk barat. Dari hotel sunset tidak sepenuhnya terlihat, tertutup puncak gunung Ungaran. Awalnya aku yang berada di lantai dua hotel D’emmerick, bergegas aku turun ke bawah. Tepatnya menuju taman depan lobi, di sana aku berniat mengabadikan sunsetdengan objek lain sebuah kincir ala Eropa.
Memotret sunset di depan lobi hotel
Memotret sunset di depan lobi hotel

Senja belum berlalu, di taman kincir sudah tampak seorang bapak menyirami bunga. Kudekati beliau sembari memasang kamera pada tripod, aku izin memotret tidak jauh dari lokasi beliau menyirami bunga.

Kuamati benar papan plang kecil yang ada di antara taman. Tulisannya dilarang menginjak rumput yang terhampar hijau. Aku tadi menapaki jalan setapak yang dilewati bapak penyiram bunga. Setidaknya tidak menginjak rumput yang dilarang tersebut.

“Biasanya pengunjung kalau foto dari jembatan, mas,” Terang bapak tersebut sembari memang pipa karet.

“Sengaja mau motret dari dekat kincir pak. Nanti kalau sudah tidak terlihat baru naik ke atas,” Jawabku.

Semua sudut area hotel sudah kusambangi. Selain jembatan penghubung di lantai dua hotel, di sinilah lokasi yang tepat untuk mengabadikan senja. Rimbunnya pepohonan membuat pemandangan terbatas. Jika mentari sepenuhnya akan tenggelam, aku harus bergegas menuju lantai dua untuk mengabadikannya.

Rona jingga mulai kentara, berbegas aku mengatur setelan kamera. Sebanyak mungkin kuabadikan. Dari sini memang bukan spot strategis memotret sunset. Tidak lama nantinya baskara akan tertutup rimbun pepohonan yang mengelilingi hotel. Biarpun belum sepenuhnya dapat foto bagus, matahari sudah terasa cepat ingin tenggelam; tertutup kabut tipis dan rerimbunan.

Sontak kugamit tripod dan berlari menuju jembatan menghubung kamar hotel. Tak sempat aku berpamitan pada bapak yang meniram bunga di taman. Kutuju tangga terdekat, dan mencari posisi tepat mengabadikan senja. di sepanjang jembatan penghubung blok kamar sudah dipenuhi pengunjung lain, mereka asyik berswafoto dengan latar sunset.
Sang Baskara tenggelam di ufuk barat
Sang Baskara tenggelam di ufuk barat

Mendung tebal menutupi matahari kala senja. Tidak banyak foto yang kuambil, cukup membidik beberapa saja. Kubiarkan kamera terpasang di tripod, dan aku malah asyik melihat orang-orang yang sibuk swafoto.

Pemandangan cukup indah juga di barat laut, Rawa Pening terlihat temaram dari sini. Sayangnya dua tower besar milik hotel membuat susah untuk mengabadikan. Mau tidak mau kedua tower yang menjulang tinggi ini tetap terabadikan.

Hari cepat berganti malam. Suasana di hotel cukup sunyi, teman yang lain memanfaatkan fasilitas karaoke untuk mengusir jenuh. Aku sendiri asyik duduk di tepian kolam sembari melihat hasil foto tadi sore. Rencananya, besok pagi aku berusaha bangun subuh dan menunggu sunrise dari tepian kolam ini.

*****

Udara pagi terasa menusuk ke tulang. AC sudah kumatikan sedari malam, jendela terbuka setengah. Kabut tebal menyelimuti hotel saat pagi. Aku bergegas mengambil tripod yang terletak dipojokan, dan berjalan menuju kolam renang.

Hawa dingin sedikit berkurang saat kupakai jaket tebal. Kolam renang sepi, tidak seperti menjelang sore yang dipenuhi pengunjung berenang. Tidak ada yang minat berenang saat pagi, tentu hawa dingin menjadi alasannya.

Keuntungan memotret pagi adalah tidak adanya orang-orang yang berjubel di kolam renang. Aku bisa leluasa menunggu sunrise, menurut informasi dari para penjaga kebun hotel; pemandangan pagi jauh lebih indah dibanding saat senja. Aku ingin membuktikan kebenarannya.

Rona jingga menyebar di ufuk timur. Pantulan air kolam yang tenang menjadi nilai tambahan saat memotret. Sejak awal, aku ingin mengabadikan pemandangan siluet. Pepohonan yang berada di dekat kolam menjadi objek indah diabadikan. Awan putih tipis menyebar, memantulkan cahaya pagi.

Mengabadikan pemandangan seperti ini jauh lebih nyaman menggunakan tripod. Aku tidak perlu menahan kamera agar tidak goyang, cukup memotret sepuasnya. Pun jika ingin pindah posisi, tinggal angkat tripod dan bergeser saja.
Mentari menyapa sudut Salatiga
Mentari menyapa sudut Salatiga


Sang baskara muncul dari tempat peraduan. Merangkak naik, menyisakan pemandangan elok. Benar kata bapak-bapak penjaga taman hotel, pemandangan kali ini jauh lebih indah dibanding saat sore. selain itu, tidak ada penghalang saat membidik mentari pagi.

Kabut tipis lambat laun menghilang, seperti menguap terkena sinar pagi. Nun jauh di sana, barisan daratan mulai terlihat warnanya. Berjejer tower menjulang tinggi di bukit seberang. Salatiga benar-benar elok saat pagi hari. Meskipun selama di sini tidak bisa keluar dari hotel, aku rasa pemandangan seperti ini menjadi pengobat yang tepat.

Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan berfoto, kukira-kira nantinya bakal tepat di dalam frame kamera. Lalu mengatur setelan kamera, dan menunggu kurang lebih sepuluh detik. Maklum, kamera keluaran lima tahun silam ini masih belum bisa dikendalikan melalui gawai.
Menatap mentari kala pagi
Menatap mentari kala pagi

Tujuan mengabadikan sunset dan sunrise sudah terpenuhi. Ini artinya, besok cukup bermalas-malasan di hotel sampai acara selesai. Sebenarnya ada keinginan lari pagi, lalu berfoto ditulisan taman kota Salatiga yang jaraknya tidaklah jauh. Seperti biasa, rasa malas menjadi kendala paling utama.

Sebelum meninggalkan kolam renang, aku mengabadikan sinar mentari yang sudah cerah. Cahaya pagi memang bagus, dedaunan kuning seperti bersinar saat kuabadikan. Dari jauh sisa-sisa kabut masih menyelimuti dataran yang lebih rendah. Aku beranjak dari tepi kolam, kembali ke kamar melanjutkan tidur pagi.
Selamat pagi Salatiga
Selamat pagi Salatiga

Terkadang kita harus bisa memanfaatkan waktu kala sibuk di manapun tempatnya. Iseng-iseng memotret, menyimpan tiap hasil dokumentasi, lalu menguraikannya menjadi sebuah tulisan panjang. *Foto-foto di atas penulis abadikan antara tanggal 10 – 13 Juli 2017 di area D’emmerick Hotel; Taman Kincir, Jembatan hotel, dan Kolam Renang.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 750

Trending Articles