Quantcast
Channel: Nasirullah Sitam
Viewing all articles
Browse latest Browse all 749

Gagal Melihat Sunset di Pantai Teluk Awur Jepara

$
0
0
Menjelang pukul 15.00 WIB aku terbangun, rasa capek di kedua kaki berangsur menghilang. Perjalanan lumayan jauh kutempuh dengan jalan kaki tadi siang agaknya menguras tenaga. Dari Kanal – Perpusda Jepara – Alun-alun kota Jepara – Sentra Ukir & Pantung Mulyoharjo – berlanjut jalan kaki lagi ke rumah saudara di dekat pantai Kartini. Aku mulai mempersiapkan kamera, untuk berburu sunset. Sore ini langit lumayan mendukung, seharian tadi sangat cerah; jadi aku berharap sore harinya pun dapat mengabadikan sunset yang pertama di akhir pekan. Tujuan sunset kali ini adalahpantai Teluk Awur. Pantai yang jaraknya tidak lebih 5km dari Pantai Kartini, Jepara.

“Kita pakai motor ini saja, kak. Motor matiknya aku pakai kalau sekolah saja,” Kata adek sepupu seraya mengeluarkan motor Ninja 250cc.

Kuambil helm yang tersimpan di rak dekat TV. Tak berapa lama, aku dan Faris (nama adek sepupuku) sudah menunggangi motor gahar tersebut membelah jalanan Jepara. Kami sengaja mengambil rute yang sedikit lebih jauh, melewati Alun-alun Jepara, memutari jalan arah ke Saripan, berlanjut arah ke Kanaldan melewati perempatan Mantingan, baru ke Teluk Awur. Sampai di Teluk Awur masih pukul 16.15 WIB, masih lama waktu menunggu mentari terbenam sore ini.
Senja di sudut Pantai teluk Awur Jepara
Senja di sudut Pantai teluk Awur Jepara
Sepanjang pesisir pantai Teluk Awur sebenarnya bisa digunakan untuk melihat sunset. TapI tidak semua pesisir tersebut dikunjungi para pengunjung; spot yang paling favorit dikunjungi pengunjung adalah yang dekat gerbang tulisan Teluk Awur. Lokasinya beda dengan tempat yang waktu itu aku sambangi naik sepeda. Jika dari gapura tulisan Teluk Awur (tikungan), ambil yang lurus. Jaraknya hanya beberapa puluh meter saja sudah pantai. Tanah pasir lapang dihadapanku, tak hanya pasir saja; setiap sisi kiri dan kanan juga sudah banyak pohon Waru yang membuat teduh, di bawahnya ada bangku panjang terbuat dari bambu yang bisa digunakan untuk duduk santai seraya menunggu sunset

Bulan Februari cuaca cenderung tak menentu. Ombak dan angin pantai agak besar membuat air di sini tidak bersih, tampak keruh. Selain itu juga banyak sampah/limbah kiriman dari laut yang terdampar di sini. Maklum, namanya juga pantai tak bertuan, hanya sebagian kecil saja sampah yang dibersihkan oleh warga setempat. Di pesisir pantai masih banyak sampah yang terbengkalai. Walaupun seperti itu, animo pengunjung tak patah arang. Banyak pengunjung yang sebagian besar adalah warga Jepara sendiri bermain air. Di tengah juga ada anak-anak berenang. Tentunya pengunjung ini menarik para warga setempat untuk menyewakan pelampung. Di sisi kiri yang tak jauh dari tempatku duduk terdapat jembatan kecil. Di sana ada beberapa sampan yang tertambat.
Menunggu senja di Pantai Teluk Awur Jepara
Menunggu senja di Pantai Teluk Awur Jepara
Menunggu senja di Pantai Teluk Awur Jepara
Aku dan Faris duduk di bawah pohon Waru. Di sini kami berbincang santai, untuk kali pertamanya aku main bareng dia. Biasanya aku hanya menginap di rumahnya, menggunakan sepedanya sesuka hati dari pagi sampai sore, lalu esoknya pamitan balik ke Jogja. Sesekali aku mengeluarkan kamera dari tas kecil. Berjalan ke dekat laut, mengabadikan segala aktifitas para pengunjung pantai yang bermain air.

“Airnya keruh ya, kak. Nggak seperti di Karimunjawa,” Kata Faris padaku.

“Musimnya lagi kurang bagus, Ris,” Jawabku.

“Oya, enak di sini ombaknya tidak besar. Jadi anak kecil bisa bebas main air laut. Kalau di Jogja (pantai selatan), kamu bakalan melihat ombak besar yang menggulung-gulung, dan pasirnya berwarna hitam,” Tambahku seraya membidik anak-anak yang bermain air.
Tetap semangat main air laut
Tetap semangat main air laut
Tetap semangat main air laut
Arakan awan kecil mulai mengumpul, sore yang tadinya cerah menjadi mendung. Tapi masih jauh dari tanda-tanda akan turun hujan. Mentari yang ada di barat tak lagi terlihat sinarnya. Gumpalan awan membuat wujudnya tak terlihat, hanya ada sinar samar-samar saja.

“Sepertinya gagal lihat sunset, Ris. Mendung,”Ujarku.

“Kita tunggu dulu, kak. Siapa tahu nanti bisa dapat walau sedikit.”

Tak ada salahnya mengikuti sarannya. Aku pun kembali meraih kamera dan mengabadikan sudut lain Pantai Teluk Awur. Jauh di sana terlihat mercusuar, lalu tepat di daratan yang menjorok ke laut sebuah jembatan panjang tampak jelas. Ada semacam gazebo di sana, juga sebuah boat berdampingan dengan perahu-perahu lain yang tertambat. Langit di sana terlihat cerah, kontras dengan langit yang di barat. Gumpalan awan semakin tebal dan meyakinkanku bahwa sunset tidak terlihat dari sini.

Jam tangan sudah menunjukkan lebih dari pukul 17.45 WIB, walau masih terang tapi sudah dipastikan kami tidak bisa melihat sunset. Awalnya aku berniat ingin memotret siluet, tapi juga gagal karena kurang cahaya. Aku beralih mengabadikan orang-orang yang menikmati waktu senggang bermain air pantai. Bidikanku tertuju pada dua orang remaja yang sedang sibuk berfoto. Aku mengabadikan salah satu di antaranya yang berpose karena dipotret temannya. Semaki sore, semakin gelap. Aku melangkah ke sisi kanan menuju bongkahan kayu yang dijadikan sebagai kursi. Di sana ada empat remaja cewek yang bersantai.
Halo merah...
Halo merah...
“Boleh kufoto?”Tanyaku seraya tersenyum.

“Boleh, mas,”Jawab mereka seraya tertawa.

“Siapp terima kasih, tapi aku pengennya kalian menghadap ke pantai. terus aku foto dari belakang,” Pintaku kembali.

Sontak mereka tertawa beriringan. “Kirain dari depan,” Seloroh salah satu di antara mereka yang kemudian duduk berjejer menghadap ke pantai.
Punggung para penunggu senja
Punggung para penunggu senja
Sunset berlalu tanpa ingin kami lihat, atau kami abadikan keindahannya. Rona merah tersirat di antara gumpalan awan. Langit pun tak lagi terlihat biru, yang ada hanya cahaya gelap saja. Aku mengabadikan gumpalan awan tipis yang terpantulkan cahaya mentari. Hanya kemerahan sedikit, tap luas dan tak terang seperti saat sedang cerah. Ahhh, sayang sekali mentari tidak terlihat. Jika cuaca sedang cerah, dapat dibayangkan keindahan senja ini bakalan mengagumkan.
Segaris cahaya senja di ufuk barat
Segaris cahaya senja di ufuk barat
Segaris cahaya senja di ufuk barat
Senja berlalu dengan sendirinya. Kumandang magrib sudah terdengar sedari tadi, aku dan Faris memutuskan untuk pulang dengan harapan dapat sholat magrib di rumah. Laju kencang motor membuat kami hanya beberapa menit saja dari Teluk Awur sampai rumah. Bergegas aku mengambil wudhu dan sholat magrib. Ya, walau gagal; setidaknya hari ini aku dapat melihat segores rona merah di sudut barat dari pantai Teluk Awur. Siapa tahu ke depannya aku bisa ke sini lagi disaat yang tepat. Saat cuaca mendukungku untuk melihat panorama senja yang mengagumkan. *Kunjungan ke Pantai Teluk Awur pada hari Sabtu, 06 Februari 2016.

Baca juga tulisan pantai lainnya

Viewing all articles
Browse latest Browse all 749

Trending Articles