![]() |
Spot Foto Teras Kaca Gunungkidul |
Mobil-mobil meliuk disertai raungan panjang. Jalur tanjakan di Siluk lumayan panjang. Empat mobil serasa konvoi berjarak. Aku mengingat beberapa tahun silam kala bersepeda menuju Pantai Ngunggah. Jalanan inilah yang menguras tenaga.
Dua kawanku di belakang sibuk membuat video TikTok. Sementara sopir sudah menentukan arahan. Sebelum bermain pasir pantai, kami diajak terlebih dahulu menikmati wahana spot foto teras kaca di pantai Nguluran. Destinasi buatan ini menjadi spot viral di kalangan milenial. Mereka mengunggah foto di media sosial.
Aku sendiri lebih banyak diam, secara tidak langsung agak hafal potongan lirik lagu yang dijadikan iringan musik klip TikTok kedua kawanku. Tatkala hendak mengunggah, kami mengatakan jika tempat ini bakal sedikit kesulitan mengakses sinyal. Lepas itu, sinyal lenyap.
Libur panjang ini Jogja padat merayap. Sejak hari kamis sudah tampak mobil luar yang berkunjung. Opsi jalan Siluk ini memang paling pas, jika melintasi jalan Wonosari bakal jauh lebih macet dan jauh. Teras Kaca ini berlokasi di Bolang, Girikerto, Panggang.
Gapura masuk pantai dijaga empat orang, empat orang masuk dengan biaya 20.000 rupiah. Mobil melaju, kali ini agak pelan. Di sisi kanan tampak plang petunjuk arah. Tulisan Teras Kaca berdampingan dengan HeHa Ocean View. Kami turut mengantre masuk jalan kecil.
![]() |
Tempat pembelian loket masuk Teras Kaca |
Jalanan menurun, sepertinya sudah dibuat tanah lapang untuk area parkir kendaraan. Berjejer kendaraan roda empat dari berbagai kota. Pun dengan warung-warung yang bersebaran. Ada banyak warung milik warga setempat yang sudah buka.
Bangunan loket masuk Teras Kaca kecil, seperti pos satpam dengan spanduk minuman kemasan yang jauh lebih mencolok. Rasanya memang harus diatur sedemikian rupa agar tampak lebih rapi. Di dekat loket pun tempat sampah diletakkan sedikit menghalangi.
Tiga orang masuk, kami membayar 30.000 rupiah. Satu orang sopir tidak ada biayanya. Jalanan menurun, sudah ada akses semacam undakan. Dari sini, kita bisa melihat sekat yang berbatasan dengan HeHa Ocean View di sebelah. Sama-sama masih tampak gersang dan pembangunan yang masif.
Memasuki area Teras Kaca, terdapat sebuah Taman Kelinci. Aku tidak masuk, hanya melihat sekilas dan melanjutkan perjalanan. Bangunan yang besar di sini adalah resto. Menjelang siang, sudah banyak orang yang berkunjung.
Spot utama yang menjadi andalan di sini adalah Teras Kaca. Sebuah bangunan dari kaca transpran yang menjorok ke laut. Di sini tiap wisatawan antusias untuk berfoto demi menambah unggahan di media sosial, khususnya Instagram.
Di sisi lain, HeHa Ocean View pun mempunyai spot yang mirip. Dari sini, kulihat spot yang ada di HeHa Ocean View mirip dengan Heha Sky View di Patuk. Ada pesawat dan balon raksasa. Pun dengan restoran terbuka. Semua tampak jelas dari Teras Kaca.
![]() |
Nomor antrean berfoto di Spot Teras Kaca |
“Nomor antrean 25 & 26 silakan menuju spot foto.”
Suara pelantang dari gapura spot foto Teras Kaca terdengar. Dua orang bergegas menuju lokasi, tali pembatas dibuka. Aku sendiri masih bingung, bagaimana orang ini tahu kalau yang dipanggil itu dirinya. Ternyata, untuk berfoto di sini kita harus mengambil antrean.
Dua kawanku mengantre dan balik ke tempat duduk sudah membawa plastik transparan berisi empat kepingan nomor antrean. Tiga keping berwarna kemerahan, satu hijau. Kutilik nomornya sudah pada angka 75. Ini artinya benar-benar lama mengantre.
Teras Kaca di pantai Nguluran dikemas untuk mereka pecinta spot foto. Hampir semua spot foto berbayar. Ketika kita masuk, hanya ada dua spot foto yang gratis, lokasinya bernama mahkota dan satunya aku lupa. Selebihnya, kita harus membayar lagi.
Aku duduk santai menghadap pantai. Nun jauh di sana, kapal nelayan sedang mendekat. Jika tidak salah, kapal tersebut berlabuh di Pantai Gesing, lokasinya tidak jauh dari tempat ini. Suara kapal tak terdengar, hanya tampak melaju pelan.
Rombongan makin banyak. Tidak semuanya tahu jika ingin berfoto harus mengambil antrean dan membayar sekitar 20.000 rupiah. Aku sendiri duduk santai di bawah pohon cemara, melihat orang-orang yang berlalu-lalang. Sebagian lagi pengunjung sedang menikmati santap siang di resto.
![]() |
Pengunjung sedang berfoto di Teras Kaca Gunungkidul |
Pandangan mataku menyapu segala penjuru. Gapura di depan mengingatkanku spot populer di Bali yang ada gapura menjulang tinggi dengan latar belakang gunung. Dari sopir yang mengantarkan kami, beliau bilang pemilik destinasi ini berasal dari Bali. Bisa jadi terinspirasi dari sana.
Para fotografer saling berbagi tugas. Ada banyak orang menenteng kamera dengan berbagai lensa dan pakaian yang dikenakan seragam. Dari obrolan yang kudapatkan, mereka adalah warga setempat yang mempunyai kamera dan bekerjasama dengan pengelola Teras Kaca untuk menjadi fotografer.
Untuk lebih jelasnya, aku bakal ceritakan tentang para fotografer ini di tulisan lainnya. Setidaknya, keberadaan para jurufoto ini menjadikan aman bagi wisatawan yang datang tanpa ada tim jurufoto. Mereka bisa menyewa jasanya.
Aku sendiri ke Teras Kaca sebagai jurufoto kedua kawanku. Sedari kemarin sudah menemani mereka ke Candi Borobudur. Angin sepoi, aku masih duduk santai dan melihat makin banyak orang yang datang. Mereka pun menunggu panggilan.
“Kita keliling dulu saja, masih lama nunggu nomor 75,” Celetuk kawanku.
Kami pun berjalan memutari tempat ini. Setidaknya yang kulihat banyak rombongan karyawisata. Ada beberapa orang yang membawa spanduk bertuliskan objek wisata yang dikunjungi. Lalu foto bersama di sekitaran Teras Kaca.
![]() |
Spot foto lainnya Ayunan dan Becak Terbang |
Sedari tadi, spot yang menurutku riuh suaranya adalah Ayunan. Bagaimana tidak, spot ini cukup memacu adrenalin. Khususnya bagi mereka yang suka permainan agak ekstrim. Ayunan ini menjulang tinggi dengan bawahnya lautan.
Petugas menarik tuas tali besar dan panjang lebih lama dan melepaskannya. Bersamaan dengan itu lengkingan jerit wisatawan yang duduk di ayunan makin keras. Sementara itu, kami yang menonton hanya tersenyum melihat raut wajah wisatawan tersebut.
Puluhan jepretan lensa jurufoto mengabadikan tiap momentum selama berayun. Foto-foto ini nantinya ditebus ketika selesai berfoto di spot. Di sampingnya, spot foto yang lain bernama Becak Terbang. Nantinya, penyanggah becak tersebut bisa naik dan jurufoto memotret dari bongkahan kayu di depannya.
Aku menyusuri jalanan di Teras Kaca, kulihat sudut-sudut yang lainnya. Hanya ada beberapa pohon besar yang bisa untuk meneduh. Selebihnya, tempat ini lumayan gersang. Kuturut jalur menuju tempat foto gratis untuk menghabiskan waktu sembari menunggu antrean.
Spot foto gratis bernama mahkota itu lokasinya naik. Ada puluhan tangga yang harus dilewati, pun di sana sudah banyak orang. Kami bertiga tidak jadi foto di sana. Aku sendiri menenteng kamera, sesekali memotret spot foto di tempat ini.
![]() |
Spot foto berbentuk kapal di Teras Kaca |
Tak jauh di depanku ada spot foto berbentuk kapal. Kedua kawanku tidak minat foto di sini. Dia memang fokus foto di Teras Kaca. Aku pun hanya melihat dari kejauhan, lantas memotret ketika ada wisatawan yang hendak berfoto.
Seperti spot foto yang lainnya, di sini ada harga sendiri untuk berfoto. Pada dasarnya, latar belakang foto adalah lautan. Hanya saja yang membedakan tentunya konsep spot foto itu sendiri. Di sini, tidak banyak yang antre berfoto.
Tepat di sisi spot foto berbentuk kapal, ada tanah lapang. Di bagian ujung tampak ayunan yang luput dari pandangan para wisatawan. Kuminta kawanku berdiri di sana dan memotretnya. Beberapa foto kuambil, dan mereka cukup puas.
Petakan lahan kosong ini masih bagian dari Teras Kaca. Menghadap ke tebing dan tidak ada spot fotonya. Kembali kuminta salah satu dari kawan untuk berfoto menghadap lautan. Lumayan menyenangkan, setidaknya mereka tidak duduk bosan menunggu antrean yang masih panjang.
Jika rata-rata pemandangan itu tersaji hamparan samudra. Di sini ada tebing yang menjorok untuk latar belakang. Ciri khas pesisir selatan adalah daratan yang menjorok dan berbentuk tebing. Biasanya, di antara dua tebing menjorok tersebut ada petakan pantai berpasir putih.
![]() |
Sudut lain di Pantai Nguluran Gunungkidul |
Hampir dua jam kami di sini. Belum ada tanda-tanda waktunya dipanggil. Puas berkeliling menuruti jalanan di Teras Kaca, kami kembali duduk di bawah pohon sembari mendengarkan nomor antrean yang dipanggil. Sudah memasuki angka 60-an.
“Nomor antrean 75!”
Bergegas kami menuju antrean dan menyerahkan tiga keping nomor antrean. Kami diminta duduk menunggu antrean sebelumnya yang masih berfoto. Kata bapak yang berjaga, nomor antrean sebelum kami sedang izin makan siang.
Satu sesi foto kurang dari lima menit. Semua memang dibatasi agar tidak menumpuk antrean. Rombongan sebelumnya selesai, kedua kawanku langsung bergantian menapaki teras kaca dengan tanpa alas kaki. Benar-benar panas.
Sebagai jurufoto, aku harus cekatan memanfaatkan waktu yang terbatas. Konsep sudah kami diskusikan, ketika sampai di lokasi, langsung berposes sesuai rencana. Bagiku, apapun momentumnya harus diabadikan, tinggal nanti memilih mana yang bagus sesuai selera mereka.
![]() |
Berfoto di Spot Teras Kaca yang digandrungi wisatawan |
Rasanya baru sebentar, petugas yang berjaga memintaku untuk mengakhiri. Kuambil foto sebanyaknya, lalu kembali pada payung peneduh dan rehat. Dua kawanku cukup puas, penantian lebih dari dua jam tak sia-sia. Waktunya mencari spot baru.
Spot Teras Kaca di tiap akhir pekan mencapai 250 orang yang mengantre. Bapak yang berjaga mencatat nomor antrean pada buku. bisa jadi buku ini juga menjadi rekaman kala melaporkan kunjungan wisatawan yang berfoto. Kami berbincang sesaat, sebelum beliau kembali memanggil wisatawan yang selanjutnya.
Tuntas sudah mengantre di teras kaca. Kami menuju area parkir mobil. Kali ini ingin santap siang di pantai Gesing. Mobil meninggalkan teras kaca, dan ternyata arah masuk sudah mengular. Kedua kawanku meminjam kamera dan ingin melihat hasil foto di spot populer tersebut.
“Waktunya bermain pasir,” Celetuk salah satu kawan.
Aku menghela nafas panjang. Meninggalkan teras kaca yang ramai pengunjung. Pun dengan HeHa Ocean View sampingnya. Meski hanya disekat pagar, keduanya tampak berlomba-lomba menggaet wisatawan dengan konsep yang agak mirip. *Pantai Nguluran, 03 April 2021.