Quantcast
Channel: Nasirullah Sitam
Viewing all articles
Browse latest Browse all 749

Pengalaman Membawa Sepeda Lipat Naik Kereta Api Indonesia

$
0
0
Membawa sepeda lipat naik Kereta Api
Sejak Kereta Api berbenah, aku mulai sering menggunakan transportasi Kereta Api. Berawal dari perjalanan Jogja-Bandung, hingga akhirnya ke beberapa kota/kabupaten menggunakan transportasi Kereta Api. 

Seperti malam ini, aku naik kereta api Lodaya menuju Bandung. Kali ini tujuanku adalah turut meramaikan gelaran Palintang Uphill Challenge. Dari Jogja, aku dan teman sengaja membawa sepeda lipat. 

Ini menjadi pengalaman pertamaku membawa sepeda lipat di kereta api. Aku acapkali melihat orang-orang menggeret sepeda lipat di Stasiun Tugu. Namun, untuk membawa sepeda sendiri baru kali ini. 

Bersama kawan, kami melipat sepeda, lantas turut antre masuk kereta api. Petugas di tiket sepertinya sudah terbiasa dengan pemandangan penumpang membawa sepeda. Sehingga mereka bersikap santai. 

Sesuai dengan edaran PT Kereta Api Indonesia, sepeda yang diperbolehkan dibawa naik kereta api adalah Sepeda Lipat. Adapun persyaratannya antara lain; berat sepeda maksimal 20 KG, dan diameter roda sepeda maksimal 22 inchi. 
Info KAI terkait aturan membawa sepeda
Info KAI terkait aturan membawa sepeda
Kami sengaja naik di gerbong ekonomi. Pukul 20.00 WIB, kereta api Lodaya berangkat. Kami mencari gerbong yang tertera pada tiket sembari menenteng tiga sepeda lipat yang sudah kami lipat. Nantinya kami turun di Stasiun Kiaracondong. 

Berhubung tempat di gerbong yang luas adalah dekat toilet, kami letakkan sepeda di sana. Di dalam kereta api, aku tidak lantas duduk santai di kursi. Aku mencari petugas kereta api untuk berkoordinasi terkait letak sepeda. Takutnya menggangu penumpang kereta api yang lainnya. 

Petugas kereta api yang mengecek tiap penumpang tampak di gerbong depan. Aku langsung menghampiri sembari menunjukkan tiga sepeda yang kubawa. Respon petugas sangat ramah. Sepeda memang diperbolehkan dibawa. Namun, terkait peletakannya sepeda harus tidak mengganggu penumpang. 

“Selamat malam bapak, saya Sitam yang membawa tiga sepeda lipat ini. Apakah di sini boleh saya menaruh sepeda? Atau harus saya pindahkan ke tempat yang lain?” Ujarku sembari menjabat tangan. 

Petugas tersebut merespon dengan baik. Beliau memotret sepeda yang kami taruh di dekat toilet, yang berbatasan antara gerbong 1 dengan gerbong 2, lantas mengirimkan ke WAG KAI. Sepertinya petugas kereta api berkoordinasi dengan sejawat dan atasannya melalui WAG. 
Petugas Kereta Api yang mengecek sepeda
Petugas Kereta Api yang mengecek sepeda
Dari diskusi WAG, beliau disarankan untuk memindahkan sepeda ke gerbong paling belakang agar tidak mengganggu lalu-lalang penumpang yang ingin naik maupun turun. 

“Biar petugas kami yang memindahkan ke belakang, mas.” 

Petugas kereta api meminta pegawai kebersihan untuk memindahkan sepeda, pun dengan bapak yang bertugas menemani petugas KAI. Satu sepeda lagi, aku yang memindahkan. Terus terang, aku angkat topi dengan kesigapan petugas kereta api. 

Bagi kalian yang kali pertama membawa sepeda lipat menggunakan kereta api. Ada beberapa hal yang harus kalian pahami; 

  • Sepeda harus dilipat, dan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan KAI 
  • Laporkan dan koordinasi dengan Petugas KAI tentang bawaan sepeda lipat 
  • Letakkan sepeda di tempat yang tidak mengganggu penumpang yang lainnya (pengalamanku di gerbong ekonomi) 
  • Lebih baik memilih gerbong yang paling belakang (untuk kelas Ekonomi), nantinya sepeda ditaruh di dekat toilet belakang. 
  • Jangan lupa mengucapkan terima kasih ke petugas KAI atas pelayanannya. 

Gerbong belakang memang tidak mengganggu lalu-lalang penumpang. Karena berbatasan langsung dengan lokomotif. Dua pintu tiap samping dikunci petugas kereta api. Beliau juga menjajal masuk ke toilet, memastikan apakah letak sepeda menggangu atau tidak. 
Sepeda diletakkan di belakang agar tidak mengganggu penumpang yang lain
Sepeda diletakkan di belakang agar tidak mengganggu penumpang yang lain
Setelah dipastikan aman dan tidak mengganggu. Saya kembali ke kursi dan mengucapkan terima kasih. Pelayanan cepat dari petugas KAI ini membuatku makin ketagihan untuk membawa sepeda lipat ke luar kota. Khususnya yang ada transportasi kereta api. 

Untuk membawa sepeda, tidak ada biaya tambahan. Kita hanya membayar tiket untuk orang seperti biasanya. Intinya, ketika membawa sepeda, kita harus mengabarkan kepada petugas. Hal ini agar memudahkan diri kita sendiri terkait barang bawaan. 

Tanpa terasa, dinihari kami sudah sampai di Stasiun Kiaracondong. Aku dan teman yang lainnya kembali mengangkat sepeda keluar, dan nuntunnya di ruang tunggu. Kami secara berganti salat subuh, lantas foto di stasiun. Paginya menyusuri jalan menuju Ujungberung. 

Menariknya, ketika minggu sore pulang, kami menaiki kereta api yang sama. Tidak hanya kereta apinya saja, petugas yang mengecek pun sama. Tatkala aku bilang membawa sepeda, beliau malah yang ingat. 
Sampai di Stasiun Kiaracondong, Bandung
Sampai di Stasiun Kiaracondong, Bandung
“Mas-nya kan yang kemarin dari Jogja. Kita ketemu lagi,” Sapa petugas KAI. 

“Mohon maaf pak, saya malah lupa,” Jawabku sembari minta maaf. 

Kami berbincang sesaat, sebelum beliau melanjutkan pengecekan. Sepertinya, perjalanan pulang ini lebih santai, karena tidak perlu lagi berkoordinasi dengan petugas KAI terkait sepeda. Bagi kalian yang belum pernah membawa sepeda lipat di kereta api, kalian bisa menjajalnya. *Yogyakarta-Bandung, 08 – 10 April 2019.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 749

Trending Articles