Barista Ivy Coffee Jogja |
Ulasan tentang kedai kopi Ivy Coffee Jogja sudah terposting di blog kawan. Aku sendiri belum sempat mengunjungi warung kopi tersebut. Hingga suatu ketika aku berkunjung. Ini juga dikarenakan lingkaran teman blogger yang ingin bekerja di tempat tersebut.
Berlokasi di Jalan Sidomukti, Tiyosan, Condongcatur, kedai kopi ini sebenarnya mudah diakses. Terlebih jalur tersebut sering kulewati kala bersepeda akhir pekan menuju Kaliurang. Bagi yang dari area kota, lebih mudah ke tempat ini melalui jalan Terminal Condongcatur.
Keberadaan Ivy Coffee sebenarnya lumayan lama. Sudah ada sejak Juli 2017. Dulu kedai ini terlihat mencolok, karena hanya ada bangunan kedai tersebut saja di sisi kiri jalan. Kurun waktu hampir dua tahun, kawasan tersebut menjadi ramai. Tak jauh dari Ivy ada juga kedai kopi yang lumayan besar.
Usai salat duhur, aku memesan ojek daring menuju kedai. Dari tempatku, jaraknya lumayan sih. Tidak terlalu jauh, namun tidak juga jika dibilang dekat. Sementara di lokasi baru ada enam orang pengunjung, dua di antaranya adalah teman blogger yang rumahnya di sekitar sini; Aqied dan Mak Indah Juli.
Kedai kopi berdinding kaca tebal, tertutup tirai berwarna putih. Selaras dengan baluran cat pada bagian atas serta pot yang tertata rapi di bagian depan kedai. Pintu masuk ada di ujung, sementara di depan pot-pot bunga di beri jalan setapak sebagai penghias.
Kedai kopi Ivy Coffee Jogja di sekitaran Condongcatur |
“Selamat datang kak.”
Barista kedai menyapa kala aku membuka pintu. Aku membalas dengan senyuman, lalu menghampiri dua kolega yang sudah disibukkan aktivitas masing-masing. Oya, di sini kami juga sekalian menunggu Alid, blogger kece dari Jombang yang ikut acara Volcano Run 2019 di Museum Gunung Merapi Sleman.
Berhubung kedai belum ramai pengunjung, aku meminta izin memotret sudut kedai kopi. Seperti di kedai yang lainnya. Barista maupun pramusaji memperbolehkan aku memotret. Asyiknya memotret kala masih sepi adalah, kita tidak mengganggu aktivitas pengunjung yang lainnya.
Bangunan kedai kopi Ivy ini dibagi menjadi dua. Satu untuk ruang tertutup, dan satunya ruang terbuka. Satu lagi lahan tanpa ada atap yang berbaur dengan petakan sawah. Tempat ini menjadi lokasi favorit pengunjung kala sore, selama tidak hujan.
Ruangan tertutup terdapat pendingin ruangan. Meja dan kursi lebih banyak dan beragam ukurannya. Meja panjang diletakkan pada ujung timur dilengkapi dengan enam kursi kayu. Pun satu sudut ruangan di sisi barat. Di tempat ini pula meja panjang melintang dengan enam kursi. Kata kawan, ini tempat favorit yang di ruangan tertutup. Karena kita bisa melihat hamparan sawah saat tirai terbuka.
Ruangan bebas rokok dan spot favorit di Ivy Coffee |
Meja yang ada di kedai |
Kombinasi meja bulat dengan dilengkapi kursi, atau meja kecil yang hanya muat untuk dua kursi berhadapan pun tersaji. Sepertinya pemilik kedai paham dengan potensi tempat ini untuk bekerja. Di tiap bawah meja terdapat stop kontak yang bisa digunakan.
Masih di dalam ruangan. Ketika aku datang, ada tiga orang yang bertugas. Mereka semuanya perempuan. Sepengetahuanku, satu barista, pramusaji, dan kasir. Menjelang siang, tidak terlalu sibuk pekerjaannya. Mungkin setelah asyar nanti baru sedikit lebih sibuk.
Pilihan biji kopinya lumayan banyak. kalian bisa memilih untuh diseduhkan biji kopi dari Indonesia maupun manca. Seingatku, di Ivy Coffee juga menyediakan cold brew. Aku melihat sekilas ada semacam minuman cold brew yang dibawa oleh pengunjung.
Bukan hanya menu kopi. Minuman non kopi juga banyak tersedia di kedai ini. Mereka paham jika pengunjung yang datang bukan keseluruhannya suka menyeduh kopi. Sebagian pengunjung lebih pada menikmati suasana kedainya. Pun juga camilan; untuk kopi rata-rata seharga Rp25.000. Non Kopi berkisar Rp30.000. Makanan semacam Cake harganya Rp25.000, dan Pastri Rp15.000.
Meracik pesanan kopi manual brew |
Sebotol kopi kuambil dari meja kasir, botolnya mengingatkanku botol limun yang sama dengan di kedai kopi Homi Coffee. Pemilihan botol dengan ada penutupnya lebih pada menjaga agar kopinya lebih lama hangatnya.
Satu hal yang membuat tempat ini nyaman untuk bekerja adalah musik dari pelantang tidak keras. Meski untuk jaringan internet tidak terlalu cepat menurutku. Kalau sekadar untuk membuka media sosial ataupun blog, sudah cukup mumpuni.
Kubawa botol kopi ini menuju area luar kedai. Tempat terbuka di belakang tidak seluas ruangan tertutup. Hanya sepetak kecil yang cukup dipasangi tiga meja tanggung. Menariknya, tempat ini terdapat tirai-tirai berwana putih yang menjadi menarik.
Menariknya, area terbuka ini menjadi lebih nyaman karena pemandangan yang ditawarkan. Menghadap ke utara, terlihat gunung Merapi. Tidak ada tembok penyekat di bagian luar. Hanya ada semacam gorden berwarna putih sebagai pelindung cahaya matahari kala masih terik.
Mari menyeduh kopi dengan pemandangan sawah dan gunung Merapi |
Pemandangan sisi barat pun hamparan sawah. Tempat ini asyik bagi yang suka duduk dengan pemandangan bebas. Meja yang tersedia hanya sedikit, jika datang ke sini menjelang sore, biasanya sudah penuh.
Satu lagi lahan benar-benar terbuka yang menjadi rebutan duduk para kawula muda yang datang ke kedai kopi Ivy. Dari ruangan terbuka, dibuatkan jalan setapak menuju lahan yang berada di tengah-tengah sawah.
Petakan tanah yang dilaburi kerikil serta penyanggah untuk lampu ini menjadi spot menarik kala senja. Banyak pengunjung yang menginginkan tempat di lahan terbuka saat cuaca cerah. Dari sini kita bisa melihat senja yang memesona.
Menjelang sore, lahan terbuka di dekat sawah ramai pengunjung |
Seperti yang sudah aku perkirakan, pengunjung kedai bakal membeludak kala selepas asyar. Rasanya tak ada meja yang kosong menjelang senja. Banyak pengunjung yang datang untuk mengerjakan tugas, bahkan ada yang foto ala-ala dengan latar hamparan sawah.
Meja-meja panjang yang ada di dalam menjadi bagian bersama. Saling berbagi tempat untuk bisa duduk dan mengerjakan tugas. Sore ini juga pergantian tugas yang bekerja di kedai. Kulihat menjelang sore yang bertugas sudah berganti.
Di kedai kopi Ivy ini tidak ada tempat untuk salat. Bagi yang muslim bisa berjalan sekitar 100 meter ke selatan. Di sana ada satu masjid baru yang bisa kita gunakan untuk menunaikan salat. Sedikit susah jika datang ke sini sendirian. Kalian harus menitipkan barang kepada pegawai kedai atau teman sebelah.
Keramaian di kedai kopi Ivy sampai malam hari |
Waktu cepat berlalu, aku harus melanjutkan rencana menonton sepakbola. Kembali kupesan ojek daring menuju tempat tujuan. Bagiku, Ivy Coffee cukup nyaman untuk bekerja kala siang hingga sore. Ketika waktu menjelang senja, suasana lebih riuh. Dan mungkin itu tandanya kita untuk bersantai sembari menikmati senja di tempat ini. *Ivy Coffee; Minggu 10 Maret 2019.