Brokoli goreng siap disantap |
Sebuah pertanyaan yang menggelitik pikiranku. Terlebih kawan yang rumahnya tidak jauh dari Kopeng mengabarkan kalau dia sekarang sedang makan brokoli goreng. Setahuku bongkol brokoli hanya bisa digunakan sebagai sop.
Sembari membalas WA-nya, aku belum membayangkan bagaimana wujud brokoli tersebut jika digoreng. Pun dengan rasanya. Tentu semua itu mengusik pikiranku. Kucoba berselancar, lantas mengetik kata “Brokoli Goreng”, ternyata memang ada.
“Beneran ada toh,” Gumanku sendiri.
Di Kopeng dan sekitarnya, brokoli goreng bukanlah hal yang baru. Brokoli goreng malah menjadi camilan kala makan. Sama halnya dengan waktu pertama melihat kol digoreng saat makan di Geprek Mas Kobis. Sebuah foto kuterima, kuamati seksama, ini adalah foto Brokoli goreng.
“Oke. Sabtu besok aku menginap di dekat Kopeng. Khusus nyari Brokoli Goreng,” Tulisku.
Lucu memang, main ke Kopeng demi brokoli goreng. Padahal, jika mau sedikit ribet, aku bisa saja tinggal beli brokoli di pasar, lalu menggorengnya. Hanya saja, aku bukan tipe orang yang suka masak. Di Jogja, urusan dapur saja kupercayakan kepada para penjual makanan. Belum pernah masak sendiri.
Perkebunan milik warga di Kopeng |
Perjalanan dari Magelang menuju Kopeng lumayan lama. Hawa dingin makin terasa. Jalur ini sering aku lewati saat mengantarkan mahasiswa praktik lapangan di Salatiga. Jika biasa aku melintasi jalur ini pagi hari, sekarang berbeda. Sore meranjak magrib, aku mengendarai motor menuju penginapan.
Rencana awal, kami ingin memanfaatkan waktu senja dengan melihat terbenamnya matahari. Hanya saja semua tinggal rencana. Aku sendiri sedikit capek, selain itu juga malas keluar kalau sudah di penginapan.
Alasan yang lainnya karena masih ada esok hari jika ingin memotret lansekap di sekitar Kopeng. Besok pagi sudah kurencanakan matang-matang untuk memotret di sekitar Cuntel. Pemandangan di sana saat pagi sungguh bagus diabadikan.
Menjelang magrib, hawa dingin mulai merasuk. Cuaca dingin ini agak ekstrim. Di dataran tinggi seperti Dieng malah sudah membeku, berbagai foto gumpalan embun membeku bertebaran di lini masa. Suhu di Kopeng sendiri mencapai 8 derajat.
Aku berbincang santai dengan penjaga penginapan. Di depan kami terdapat tungku yang sudah lengkap beserta arangnya. Penjaga penginapan menyalakan tungku dari tanah untuk menghangatkan tubuh. Aku ikut berbaur. Penginapan yang kuinapai semalam harganya Rp.70.000. Jadi sudah bisa dibayangkan isi di dalamnya seperti apa.
Niat awal ingin mandi, hanya saja aku tangguhkan. Di Kopeng cukup dingin. Sedari datang, aku tak melepas jaket tebal. Sementara kawan yang asli warga sini tertawa. Sesekali mengolokku yang tak mandi sore.
“Sana salat dulu, nanti ke warungnya jalan kaki.”
Warung dekat area Kopeng yang menjual Brokoli Goreng |
“Brokoli goreng dua porsi & nasi goreng jagung, bu.”
Aku meminta izin mengabadikan saat menggoreng brokoli. Beruntung ibu yang jualan kenal kawanku, sehingga dengan cepat kami akrab. Di meja sudah tersedia banyak brokoli. Ibu yang menggoreng dibantu satu perempuan lagi.
Bokngkol-bongkol brokoli dimasukkan ke dalam wadah yang sudah ada tepungnya. Kemudian diambil menggunakan sendok, dan menaruhkan pada wajan yang sudah ada minyak goreng. Bunyi nyaring penggorengan terdengar kencang. Aku menantikan hingga brokoli tersebut merekah.
Melihat proses penggorengan Brokoli |
Kami menjadi pelanggan pertama yang datang. Dua porsi brokoli goring sudah tersajikan. Kuminta agar satu porsi dibungkus. Buat camilan nanti pas di kamar sembari menonton sepakbola. Kumakan brokoli goring yang sudah membuatku penasaran. Rasanya enak. Lebih gurih.
Satu lagi pesanan siap dimakan. Nasi goreng jagung. Awalnya aku mengira nasi goreng jagung ini kombinasi beras dan jagung. Ternyata tidak seperti yang kupikirkan. Benar-benar jagung yang sudah diselep hingga lembut.
Brokoli Goreng dijadikan camilan |
Nasi Goreng Jagung ala Kopeng |
Aku jadi penasaran dengan perkebunan di Kopeng. Selain banyak tanaman sayuran, ini artinya di sini banyak ladang jagung. Kunikmati seporsi nasi goreng jagung lengkap dengan brokoli goreng. Kali ini rasa penasaranku sudah terpenuhi. Enak juga!
“Besok pagi kita gantian mencicipi Nasi Urap Jagung di pasar Ngablak,” Ujar kawan dengan antusias.
Sejenak aku berhenti mengunyah makanan. Kulihat ekspresi kawan yang bersemangat. Aku mengangguk dengan yakin. Ternyata datang ke Kopeng tak melulu tentang pemandangannya. Di sini banyak kuliner yang bisa kita jelajahi citarasanya. Aku makin penasaran bagaimana besok pagi berdesak-desakan di pasar tradisional dan mencari kuliner Nasi Urap Jagung. *Kopeng; Sabtu, 07 Juli 2018.