![]() |
Menyeberang ke Pulau Nusakambangan, Cilacap |
Guyuran keringat membasahi kaos yang kekenakan. Memutari Benteng Pendem Cilacap siang hari lumayan menguras tenaga. Kuarahkan kaki menuju luar benteng, mencari tempat yang teduh sembari menunggu jemputan dari pihak yang akan mengantarku ke Pulau Nusakambangan. Aku sudah terlanjur janji dengan salah satu jasa pengantar ke Nusakambangan. Terlebih dari pintu gerbang Pantai Teluk Penyu aku diantar naik motor menuju Benteng Pendem.
“Nanti kalau sudah keluar dari benteng, telpon saja mas. Saya akan jemput di depan sini,” Pesannya sembari memberi kartu nama.
Ada banyak tawaran yang kuterima selama rehat. Semuanya bertujuan sama, menawarkan jasa menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Kutolak tawaran tersebut, aku sudah lebih dulu berjanji pada pemuda yang mengantarku ke benteng.
“Aku sudah di depan benteng mas,” Ucapku saat menelpon.
Hanya dalam beberapa menit, pemuda yang tadi mengantarku terlihat dari kejauhan. Dia menjemputku. Aku segera naik motor menuju tempat kapal. Tidak jauh dari Benteng Pendem sebenarnya, hanya beberapa puluh meter saja. Sekretariat bertuliskan Kennedy terpampang di bagian depan.
“Berapa orang mas?” Tanya pemuda tersebut.
“Sendirian saja. Bisa kan?”
Pemuda ini terdiam menatapku agak ragu. Beliau menyarankan agar menunggu rombongan lain agar lebih murah. Patokan harga yang ditawarkan Rp. 150.000/kapal. Itu jika harus mendekat di pelabuhan Nusakambangan. Hanya mendekat saja, tidak sampai singgah.
“Tidak apa-apa mas. Rp. 150.000 kan? Kita jalan sekarang,” Pungkasku meyakinkan.
“Baiklah mas. Pakai pelampungnya.”
![]() |
Di depan itu adalah Pulau Nusakambangan |
Perahu kecil berbahan dasar serat gelas atau yang disebut dengan fiberglass diorong ke tengah laut. Aku sudah berada di atas perahu, kurasakan sedikit guncangan ombak di bibir pantai. Selanjutnya, perahu menyusuri Selat Segara Anakan. Selat yang membatasi antara Cilacap dengan Pulau Nusakambangan.
Pemandangan dari atas perahu beragam. Pulau Nusakambangan memanjang tidak jauh dari daratan Cilacap. Bagaimana tidak, luas pulau ini sekitar 210 km2, terbentang memanjang dari barat ke timur. Di Segara Anakan ada banyak kapal yang berlabuh atau hanya tertambat jangkar.
“Di sisi kanan itu Kapal Tanker Minyak mas!” Seru Mas pengemudi merangkap sebagai pemandu.
Suaranya terdengar sayup, dikalahkan angin kencang dari arah berlawanan. Kuamati kapal besar bertuliskan “Sinar Jogya” tersandar kokoh di tepian. Kapal yang mempunyai panjang 120 meter dan lebar 27 meter berjarak dekat dengan perahu kecil yang kutumpangi. Kapal tersebut dibuat pada tahun 2001, berbobot mati: 18050t. Sampai sekarang kapal tanker tersebut masih aktif – MarineTraffic.
![]() |
Kapal Tanker Minyak Sinar Jogya |
Pengemudi perahu yang kutumpangi paham betul apa yang kuinginkan. Tatkala aku akan mengambil gambar kapal, dia memperlambat laju perahu. Dengan begitu, aku dapat memotret lebih mudah. Kutinggalkan Kapal Sinar Jogya yang sedang berlabuh dan kemungkinan mengisi minyak tersebut.
Masih di sini kananku, sebuah kapal Tongkang berisi Batubara juga bersandar. Boat yang bertugas menarik Tongkang tertambat di sampingnya. Kulihat ada beberapa orang yang berjalan di atas Tongkang. Sepertinya mereka juga akan menurunkan/menaikkan batubara. Sengaja perahu tidak terlalu mendekat, debu dari Tongkang bertebaran, takutnya malah terkena mata.
Tongkang tersebut bertandakan PST 511, dan di boat yang menarik juga ada tulisannya Pancaran 511. Kemungkinan besar ini adalah bagian dari Pancaran Grup, yakni milik PT. Pancaran Samudra Transport – Pancaran Group.
![]() |
Kapal Tongkang Pancaran 511 di Cilacap |
Kapal Tongkang yang memuat Batubara sering kulihat di perairan Karimunjawa. Pada musim tertentu jika ombak besar, mereka bersandar di Karimunjawa. Di Jepara pun sama, PLTU Tanjung Jati yang terletak di Jepara sering ada aktifitas bongkar Batubara. Batubara tersebut menyuplai bahan bakar PLTU.
“Kalau itu dermaga penyeberang ke Nusakambangan mas.”
Sejurus mataku menatap ke arah yang ditunjuk pemandu. Di sana aktifitas orang menunggu kapal. Itu adalah pintu masuk bagi orang yang akan menyebarang ke Pulau Nusakambangan untuk keperluan menjenguk napi dan lainnya. Kita tidak bisa sembarangan asal menyeberang jika ingin berkunjung ke Lapas. Ada aturannya sendiri, dan harus berkoordinasi dengan petugas Pelabuhan Wijayapura.
Kapal yang digunakan menyeberang ke Nusakambangan bernama Kapal Pengayoman. Beruntung sekali, ketika aku menaiki perahu berpapasan dengan kapal tersebut. Pengayoman IV nama kapal yang menyeberang dari Pelabuhan Sodong (Nusakambangan) menuju Pelabuhan Wijayapura (Cilacap).
![]() |
Kapal Pengayoman IV menyeberang dari Nusakambangan ke Cilacap |
Ukuran kapal tidak besar, hanya muat sekitar 2 truk dan beberapa kendaran roda dua. Kapal ini milik Departemen Kehakiman. Jika di antara kalian ada yang berniat menjenguk narapidana di Nusakambangan, pastinya akan menaiki kapal tersebut. Waktu tempuh penyeberangan dari Cilacap – Nusakambangan sekitar 15 menit.
Tentu kalian tidak asing dengan nama Kapal Pengayoman. Setiap ada narapidana yang dipindah menuju lapas di Nusakambangan pasti naik kapal tersebut. Bahkan ketika ada berita eksekusi teroris dan lainnya di Nusakambangan, segala yang berkaitan penyeberangan naik kapal ini dan tingkat keamanannya lebih ketat.
Laju perahu yang kunaiki masih menuju timur, mendekati Pelabuhan Sodong. Perahu wisatawan diperbolehkan mendekat dengan jarak tertentu. Aku sudah berujar pada pemandu sekaligus pengemudi kapal agar rutenya ke sini dulu baru menuju pantai yang digunakan sebagai objek wisata.
Mendekat di pelabuhan, aku melihat ada beberapa perahu kecil yang tidak jauh dari pulau Nusakambangan. Mereka adalah perahu nelayan setempat, dari sini kulihat mereka sedang asyik memancing ikan. Warga setempat memang diperbolehkan memancing di dekat pulau Nusakambangan. Sementara bagian atas rerimbunan pohon lebat yang terlihat.
![]() |
Perahu-perahu nelayan setempat memancing di dekat Pulau Nusakambangan |
“Di dekat Pelabuhan ini adalah lapas untuk para tanahan narkoba.”
Pelabuhan Sodong tidak panjang, hanya pendek dan langsung mendarat di depan gerbang bertuliskan Pemasyarakatan Nusakambangan. Di sana sudah bersandar Kapal Pengayoman II. Di sampingnya juga terdapat kerahu kecil bersandar. Dari jarak antara 10 meteran, aku membidik gerbang tersebut.
Sebuah reklame besar bertuliskan “Mari Wujudkan Lingkungan Keluarga Sehat, Kuat, Hebat Tanpa Narkoba.” Perahu yang kunaiki berhenti, aku terus memotret aktifitas di sana. Seperti inilah aktifitas di Pelabuhan Nusakambangan dihari-hari biasa.

![]() |
Pemandangan pelabuhan Sodong di Nusakambangan |
“Kalau yang seperti teroris itu di mana mas?” Celetukku.
“Lokasinya tidak berdekatan mas, tetap dibedakan dan berjarak.” Jawabnya.
Aku tidak merespon lebih lagi, toh itu hanya pertanyaan yang tak sengaja terujar. Akupun sudah tahu jawabannya seperti itu, lagipula belum tentu Mas tersebut tahu di mana lokasi tepatnya. Dari berbagai informasi kudapatkan jika di sana ada 7 lapas yang masih aktif digunakan. Lapas tersebut adalah Lapas Terbuka, Lapas Besi, Lapas Batu, Lapas Kembang Kuning, Lapas Permisan, Lapas Pasir Putih, dan Lapas Narkotika yang tidak jauh dariku ini.
“Kita lanjut ke pantainya.”
Perahu berputar, kami kembali menyusuri Segara Anakan menuju arah barat. Rencananya aku akan menepi di salah satu pantai di sana. Hanya ingin bermain air, mumpung sudah sampai di sini. Air laut terlihat seperti hijau pekat, tak terlihat dasarnya seperti apa. Yang kurasakan adalah arusnya deras.
Terlihat sebuah dermaga panjang, berbeda dengan pelabuhan Sodong tadi yang langsung merapat di daratan. Kali ini pelabuhannya cukup panjang. Di ujung jembatan terlihat dua orang sedang bekerja.
![]() |
Pemandangan tak kalah menarik di Pulau Nusakambangan dari Segara Anakan |
“Itu pelabuhannya pabrik semen di Nusakambangan.”
Tahu sama pemandu ini dengan rasa penasaranku. Aku baru ingat kalau di sini pun ada pabrik semen. Aku duduk di ujung perahu, menikmati hempasan angin. Masih terpasang pelampung di badanku, kali ini aku ingin berkunjung ke salah satu pantai di Pulau Nusakambangan. Namanya juga anak pantai, kalau urusan main ke pantai pasti langsung semangat. *Menyeberang ke Nusakambangan pada hari Sabtu, 21 Januari 2017.
STG. Kennedy (Wisata Bahari Nusakambangan)
Nomor HP: 0852-9296-6912
Tujuan Wisata: Gua Segit Sela, Pasir Putih, Benteng Bersejarah, Paket Mancing