![]() |
Jalan setapak di Hutan Pinus Kandangan, Temanggung |
Jalan menuju Tlogopucang lengang. Kami mengendarai motor menyusuri likuan jalan menuju Embung Tlogopucang. Meski asli orang Temanggung, Charis sendiri belum pernah menyambangi tempat tersebut. Bermodalkan informasi dari anak-anak yang tadi sempat ngobrol denganku, kami melibas jalan yang agak menanjak. Sunyi, senyap, hanya sesekali kami berpapasan dengan kendaraan lain yang berlawan arah. Aku bahkan sudah berpikir kalau kami nyasar.
Aku yang berada di belakang diam saja. Sampai akhirnya kami melewati jalan sedikit lebih rindang. Kutengok kanan-kiri jalan, Pohon Pinus menjulang tinggi di kedua sisi jalan. Jalan setapak tanah merah membelah menyusup di antara pepohonan. Kami berhenti sejenak.
“Pulang dari Embung Tlogopucang nanti baru kita mampir sini,” Usulku.
Sesuai dengan kesepakatan tadi, sepulang dari Embung Tlogopucang kami berhenti dan memarkirkan motor. Tak ada lokasi parkir, ini murni hutan Pinus yang tidak menarik perhatian para pengendara. Seingatku, tadi hanya ada sepasang muda-mudi yang berfoto. Tidak seperti Hutan Pinus Dlingo yang ketenarannya sudah mendunia. Di sini, aku hanya melihat setapak jalan dan pohon Pinus saja. Jangan pernah membayangkan tempat ini penuh dengan spot yang instagramable, berbingkai love dengan tulisan “Lupakan Mantan, Fokus dengan Masa Depan”.
![]() |
Jalan menuju Tlogopucang dari arah Kandangan |
![]() |
Memotret jalanan setapak di Hutan Pinus Kandangan |
Atau malah membayangkan tempat ini disesaki muda-mudi yang bercengkerama. Asyik mengabadikan diri seakan-akan dunia itu milik mereka berdua saja. Ahh, Hutan Pinus Kandangan ini hanyalah pohon-pohon yang menjulang tinggi serta dihampiri oleh segelintir orang saja. Orang-orang yang hanya ingin berfoto seperti aku. Bagiku, hutan Pinus yang biasa ini mempunyai potensi. Setidaknya bisa menjadi objek kameraku. Lalu memajangnya di Instagram dengan caption “Ini bukan di Pinus Dlingo, tapi di Temanggung”.
“Yakin mau motret di sini?” Tanya Charis yang masih sangsi.
“Pokoknya motret saja, Ris. Masalah nanti ditulis atau tidak kan belakangan. Toh di mana-mana Hutan Pinus menjadi daya tarik wisatawan akhir-akhir ini,” Jawabku.
“ Sekalian buat stok foto di Instagram,”Lanjutku bercanda.
Kulangkahkan kaki mengikuti jalan setapak. Menuju Hutan Pinus agak lebih dalam. Tanah di sekitar hutan pinus tidak terawat. Tanaman liar tumbuh subur dan tersebar di tiap area hutan. Sepengelihatanku, tanah yang tidak ditumbuhi tanaman liar hanyalah jalan setapak ini saja. Bahkan, ada juga pohon Pisang di sela-sela pohon Pinus.
Sepertinya Hutan Pinus ini dulunya diambil getahnya. Aku pernah melihatnya di Pinus arah ke Puncak Becici, di sini setiap batang ada bekas tempat penampung getah Pinus beserta goresan parang yang menyayat kulit pohon. Mangkuk penampung getah ini sudah tidak terawat. Sisa-sisa getah sudah membeku. Bahkan sudah dipenuhi helaian daun Pinus yang terjatuh. Getah yang membeku membentuk kerak dan sudah tidak bisa dibersihkan. Kuperhatikan getah yang membeku tersebut, seperti lem/perekat yang membeku terkena sapuan angin.
![]() |
Getah Pinus membeku dipenampungannya |
Biji Pinus berserakan di tanah. Kuambil dua biji dan mengabadikannya dengan latar belakang pepohonan. Tidak banyak aktifitasku di sini. sebenarnya aku ingin mengabadikan pepohonan ini dari bawah dengan mendongakkan kamera ke atas. Hanya saja, pohon Pinus ini tak terlalu berdekatan, sehingga aku kesulitan mengabadikan pepohonan yang menjulang tinggi dari bawah. Jika menanamnya lebih rapat, tentu aku dapat mengabadikan batang-batang Pinus ini yang menjulang tinggi.
![]() |
Menggenggam Biji Pinus yang berjatuhan |
Charis masih menungguku di dekat jalan. Lama-kelamaan dia ikut menapaki jalan setapak. Lalu duduk di bongkahan batang yang sudah ditebang. Sementara aku masih asyik memotret, dia sendiri asyik membuka smartphonenya. Siang cukup panas sedikit terobati teduhnya hutan Pinus ini. Bahkan di sini aku dan Charis bisa istirahat sejenak. Bersantai menikmati suasana Pinus dan udara yang bersih.
![]() |
Charis sedang bersantai dibongkahan batang kayu |
“Tolong aku difoto, Ris. Nanti aku jalan di tengah sana,” Tunjukku di jalan setapak.
Dia hanya mengangguk sambil menerima kamera. Aku beranjak dari arahnya menuju ke tengah pepohonan. Entah sudah berapa kali dia mengabadikan. Aku terus saja melangkah lebih jauh.
“Asal foto saja, biar nanti aku pilih,”Teriakku.
Barisan pohon Pinus di sini menjadi latar belakang foto yang bagus. Aku bisa sesuka hati berjalan dan diabadikan. Salah satu yang paling menyenangkan adalah ketika berfoto tak ada orang lain di belakang. Biasanya kalau di tempat yang sudah populer, kesulitan kita adalah mengabadikan objek yang minim pengunjung dan terlihat indah.
![]() |
Mencari kamu di atas. Siapa tahu ada di sana *eh |
“Kita tidak pernah tahu bagaimana ke depannya. Bisa jadi, tempat (Hutan Pinus) yang tidak luas ini nantinya bisa dikenal, atau tetap seperti ini.”
Setengah jam lebih kami di sini gantian memotret. Menjelang siang hari, kami bergegas menuju Ngadirejo untuk istirahat. Rencananya malam nanti kami pulang ke Jogja. Usai sudah perjalanan dua hari di Temanggung. Selama di sini ada banyak destinasi wisata yang aku kunjungi, tentu yang tak terlupakan adalah mengunjungi Air Terjun Surodipo dan melihat keramaian Pasar Papringan, Temanggung. Selain kedua itu, ada beberapa destinasi wisata lainnya yang kami kunjungi. *Singgah di Hutan Pinus Kandangan, Temanggung pada hari Minggu; 07 Agustus 2016.
Baca juga tulisan bertema Alam lainnya
Baca juga tulisan bertema Alam lainnya