Masih edisi kuliner menemani Om Cumi di Jogja, setelah malam pertama sukses menikmati Sate Klathak, Sambel Welut, dan menu lainnya. Malam kedua ini kami berlanjut menikmati kuliner lainnya. Tujuan kali ini adalah mencoba merasakan pedasnya Ongseng-ongseng Mercon. Untuk lokasinya, sengaja mengambil di Jalan KH Ahmad Dahlan, yang kami tuju adalah Ongseng-ongseng Mercon Bu Narti. Banyak yang menulis kalau tempat ini merupakan yang paling ramai dan sering dibahas para blogger.
“Jadi kita ke Ongseng-ongseng Mercon, ya” Kata Om Cumi.
“Siap, om,”Jawab kami serentak.
![]() |
Ongseng-ongseng Mercon Bu Narti Yogyakarta |
Bergesaslah kami menaiki mobil, jalan KH Ahmad Dahlan tepat di jantung kota, lokasinya berada di sekitaran PKU Muhammadiyah dekat Malioboro. Sesampai dijalanan KH. Ahmad Dahlan, mata ini harus jeli untuk mencari lokasi warungnya Bu Narti. Sepanjang jalan ini hampir semua menyediakan menu sama, yakni Ongseng-ongseng Mercon. Sampai akhirnya, kami pun mendapati sebuah warung yang ramai dan bertuliskan “Ongseng-ongseng Mercon Bu Narti” dan di depannya lesehan para penikmat makanan pedas sudah duduk bersesakan.
Sejurus kemudian kami mengambil kerta dan menuliskan pesanan yang diinginkan. Tentu pesanannya adalah Ongseng-ongseng Mercon. Menurut para penikmat kuliner malam dan pecinta pedas, Ongseng-ongseng Mercon ini pedasnya kayak ditampar orang. Entahlah, selama delapan tahun di Jogja, baru kali ini aku mencoba menikmati Ongseng-ongseng Mercon. Sengaja kulirik pengunjung lain yang sudah menikmati menunya, mereka terlihat mengeluarkan banyak keringat, dan sesekali menyeka keringatnya dengan tisu. Bisa kubayangkan seperti apa pedasnya Ongseng-ongseng ini.
Tidak perlu menunggu lama, sajian menu pesanan sudah di depan. Aku mengamati Ongseng-ongseng tersebut. Kalau dilihat secara sekilas, tentu kuliner ini tidak menarik. Menu yang tidak jauh beda dengan Ongseng-ongseng lainnya, di dalamnya terdapat potongan kecil-kecil Kikil, Kulit, dan Gajih. Namun perbedaan sedikit mencolok ketika banyak potongan cabai. Seakan-akan seluruhnya hanyalah potongan cabai. Bau pedas pun menyengat hidungku. Kucoba sedikit, tidak terasa pedasnya. Lama-kelamaan, mulailah terasa pedasnya. Baiklah, bagi orang yang tidak suka makanan terlalu pedas, jangan mencicipi kuliner ini. tapi bagi kalian yang ingin merasakan pedasnya, silakan dicoba.
![]() |
Ongseng-ongseng Mercon Bu Narti Yogyakarta Pedasnya nendang |
Bentuk Ongseng-ongseng yang letek dan pedas ini sangat banyak lemaknya. Aku, Om Cumi, dan lainnya pun mulai melahapnya. Bagi lidahku yang tidak terlalu suka Ongseng-ongseng, makanan ini terasa biasa. Namun, bagi pecinta Ongseng-ongseng, aku yakin kalian pasti bisa lebih menikmatinya. Bagaimana untuk pedasnya? Bagiku pedasnya Ongseng-ongseng ini termasuk pedas, namun tidak pedas banget bagiku. Tidak membutuhkan waktu lama, Ongseng-ongseng tersebut kulibas habis, sementara yang lain masih menyisahkan separoh. Mereka mulai kepedasan, bahkan teman yang lain pada berceletuk;
“Gilak, itu lidahmu mati rasa atau gimana, Rul?”
Aku hanya menggelengkan kepala seraya menikmati Es Jeruk. Sampai sekarang, aku masih belum bisa menikmati sensasi makan Ongseng-ongseng Mercon. Mungkin lain waktu harus aku coba lagi agar bisa menikmati kuliner pedas ini. Bagi kalian yang baru berkunjung ke Jogja, untuk menikmati Ongseng-ongseng Mercon ini cukup mudah. Dari jalan Malioboro menuju KM NOL, di perempatan silakan belok kanan. Mulailah mencari warung tersebut di kanan jalan, ada banyak warung yang berjejeran, sehingga kalian harus benar-benar teliti. Ada yang minat merasakan pedasnya Ongseng-ongseng Mercon?
Baca juga kuliner lainnya